Curang Ujian Nasional Demi Sekolah?

Lengkap sudah kemalangan dan kehancuran negeri ini oleh ulah para penghuninya sendiri. Masih panas dalam benak kita ketika melihat ulah para wakil rakyat yang duduk di gedung DPR dengan hebat beradu argumen demi pembangunan gedung baru yang menguras anggaran negara, ditambah biaya akomodasi jalan-jalan para pejabat keluar negeri untuk berwisata. Sekarang dunia pendidikan dihadapkan pada fenomena lama, kasus lama dan kejadian lama yang tak kunjung usai. Kecurangan Ujian Nasional (UN) bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan Indonesia, apa lacur itulah kenyataan yang bukan lagi menjadi rahasia lagi namun telah menjadi budaya masyarakat pendidikan Indonesia.
Apakah hati kita menerima kenyataan dengan kecurangan ini? Pasti semua akan menjawab "tidak" kecuali mereka yang telah hilang akal sehatnya. Seperti diberitakan Jawa Pos hari ini "Para guru dalam kasus itu merupakan pihak yang bisa disebut terjepit. ’’Idealismenya untuk jujur mendapat tekanan kuat,’’ ujar dia. Tekanan kepada guru diberikan kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah juga ditekan oleh kepala daerah.... Guru tidak bisa mengelak dari perintah kepala sekolah. Sebab, mereka takut mendapatkan rekomendasi untuk dimutasi ke sekolah lain. Kepala sekolah juga demikian. Mereka takut dimutasi kepala dinas pendidikan setempat karena gagal meluluskan seluruh siswa didiknya." Sungguh memprihatinkan.
Jika dulu kecurangan itu dilakukan secara perorangan oleh para peserta ujian, sekarang kecurangan itu justru membesar menjadi kecurangan berjamaah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan penyelenggara ujian secara terstruktur dari mulai dinas pendidikan hingga tingkat sekolah. Walaupun Dinas Pendidikan Pusat akan menghapus sekolah yang kedapatan melakukan kecurangan UN namun kemungkinan tindakan curang tetap saja bisa terjadi dilapangan, karena hal ini sudah terorganisir dengan baik dari mulai pengiriman soal UN sampai dengan pengawas silang yang sudah "ditatar" untuk bisa saling mengerti dan memahami keadaan dengan dalih demi kelulusan anak didik. Inilah potret suram pendidikan Indonesia yang justru jika kita telisik lebih jauh akan berdampak lebih buruk lagi untuk generasi Indonesia. Hancur!!! itulah kata yang tepat untuk dunia pendidikan Indonesia, menjadi barang langka untuk bisa menemukan lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi idealisme pendidikan.
Generasi yang terbentuk dari kecurangan-kecurangan seperti ini pasti akan menjadi generasi curang juga yang rendah moral dan mental. Generasi ini adalah generasi yang tidak akan pernah mampu bersaingan dalam tatanan pasar global, karena nilai tinggi yang mereka peroleh hanya sebagai salah satu cara untuk lolos dari satu pintu yaitu UN namun takkan mampu melewati pintu yang lain yaitu kehidupan nyata yang penuh persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu akan jadi apa generasi curang ini? Sampah negara yang akan terus menggerogoti negara ini hingga luluh lantak oleh pedang liberal yang sudah menggema sejak dulu. Sadarkah diri kita bahwa ini adalah ancaman dimasa datang, dimana generasi liberal ini bereinkarnasi menjadi generasi yang bobrok tanpa mental dan moral? Tak ada lagi rasa hormat terhadap guru, guru tak ada lagi keinginan untuk bangkit dari keruntuhan pendidikan, dinas pendidikan diam seribu bahasa karena proyek yang berjubel uang.
Bangkitlah!!! Mari kita tata kembali dunia pendidikan Indonesia dari keterpurukan ini. Bangkitkan idealisme pendidikan sesuai dengan fitrah manusia untuk belajar dan mengajar agar generasi kita mampu terbentuk menjadi generasi yang handal dan siap bersaing. Bangkitkan kembali dunia pendidikan seperti yang telah di contohkan pada masa kejayaan Islam 14 abad yang lalu dengan mendirikan Syariah dan Khilafah. Selamatkan generasi ini dengan menegakan syariah dan khilafah di bumi Allah...
Dikutip dari http://dedehendriono.blogspot.com/2011/04/curang-ujian-nasional-demi-sekolah.html

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Popular

Recent Posts