Aneh memang. Meski aku sudah tau bahwa dia sudah tak sendiri lagi tapi entah mengapa aku tetap mengharapkannnya dan tetap menginginkan dirinya. Meski berulang kali aku mencoba tetapi tetap saja rasaku itu tak mampu tuk aku hapuskan.
Rasa itu tetap ada. Tetap bertahan dan enggan untuk berlalu.
Adinda, itu nama gadis yang beruntung itu. Gadis itu dan pangeran impianku ternyata sudah menjalin hubungan sejak lama. Yah kalau boleh dikatakan aku terlambat masuk dalam hidupnya. Terlambat sudah bagiku mengenal dirinya. Menurutku itu tak adil bagiku. Sungguh tidak adil. Sungguh disayangkan memang tapi aku tak bisa berbuat apapun semuanya mungkin sudah ditakdirkan seperti itu.
“Kok diam?” tanyanya
“nggak apa-apa” jawabku
“Kenapa perasaanmu tak kau utarakan saja padanya?” tanyanya lagi. Aku hanya diam. Aku terdiam karena memang aku tak memiliki jawaban. Karena sebenarnya selama ini orang yang kusukai itu adalah dia. Tapi mungkin saja dia tidak menyadarinya.
“Mulai besok aku akan pergi” kataku dia terlihat kaget dengan ucapanku
“Jangan bercanda astrid,”
“Aku serius” ucapku
Rasa itu tetap ada. Tetap bertahan dan enggan untuk berlalu.
Adinda, itu nama gadis yang beruntung itu. Gadis itu dan pangeran impianku ternyata sudah menjalin hubungan sejak lama. Yah kalau boleh dikatakan aku terlambat masuk dalam hidupnya. Terlambat sudah bagiku mengenal dirinya. Menurutku itu tak adil bagiku. Sungguh tidak adil. Sungguh disayangkan memang tapi aku tak bisa berbuat apapun semuanya mungkin sudah ditakdirkan seperti itu.
“Kok diam?” tanyanya
“nggak apa-apa” jawabku
“Kenapa perasaanmu tak kau utarakan saja padanya?” tanyanya lagi. Aku hanya diam. Aku terdiam karena memang aku tak memiliki jawaban. Karena sebenarnya selama ini orang yang kusukai itu adalah dia. Tapi mungkin saja dia tidak menyadarinya.
“Mulai besok aku akan pergi” kataku dia terlihat kaget dengan ucapanku
“Jangan bercanda astrid,”
“Aku serius” ucapku